Ⓑung Karno dalam pidato di Hari Penerbangan Nasional 9 April 1962 mengatakan : "…,
tanah air kita adalah tanah air kepulauan, tanah air yang terdiri dari
beribu-ribu pulau yang dipisahkan satu dari yang lain oleh
samudra-samudra dan lautan-lautan. … tanah air kita ini adalah
ditakdirkan oleh Allah SWT terletak antara dua benua dan dua samudra.
Maka bangsa yang hidup di atas tanah air yang demikian itu hanyalah bisa
menjadi satu bangsa yang kuat jikalau ia jaya bukan saja di lapangan
komunikasi darat, tetapi juga di lapangan komunikasi laut dan di dalam
abad 20 ini dan seterusnya di lapangan komunikasi udara."
☆ PK.KKH
Pada tahun 1938
atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat
lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.
Pesawat PK.KKH yang dibuat tahun 1937 di Bandung , di mana putera-putera Indonesia terlibat dalam proses pembuatannya.
☆ WEL-X / RI-X
Selain itu juga
pada tahun 1948 berhasil dibuat pesawat terbang bermotor dengan
mempergunakan mesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil
rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Era
ini ditandai dengan munculnya berbagai club aeromodeling, yang
menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio
Pringgoadisurjo.
Rancangan
Wi-weko Soepono diberi tanda WEL-X yang dibuat pada tahun 1948, dengan
menggunakan mesin Harley Davidson Kemudian kegiatan ini terhenti karena
pecahnya pemberontakan Madiun dan agresi Belanda.
Replika RI-X
☆ SIKUMBANG NU-200
Pada 1 Agustus
1954 berhasil diterbangkan prototipe "Si Kumbang", sebuah pesawat serba
logam bertempat duduk tunggal yang dibuat sesuai dengan kondisi negara
pada waktu itu. Pesawat ini berhasil di buat / produksi tiga buah.
"Si Kumbang" |
Pada 24 April
1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan,
Percobaan & Pembuatan berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan
Udara No. 68.
Setahun kemudian,
1958 berhasil diterbangkan prototipe pesawat latih dasar "Belalang 89"
yang ketika diproduksi menjadi Belalang 90. Pesawat yang diproduksi
sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di
Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat.
"Belalang 89" |
Di tahun yang
sama berhasil diterbangkan pesawat olah raga "Kunang 25". Filosofinya
untuk menanamkan semangat kedirgantaraan sehingga diharapkan dapat
mendorong generasi baru yang berminat terhadap pembuatan pesawat
terbang.
"Kunang 25" |
Sesuai dengan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan untuk memungkinkan berkembang
lebih pesat, dengan Keputusan Menteri / Kepala Staf Angkatan Udara No.
488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri
Penerbangan / LAPIP. Lembaga yang diresmikan pada 16 Desember 1961 ini
bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan yang mampu
memberikan dukungan bagi penerbangan di Indonesia. Mendukung tugas
tersebut, pada tahun 1961 LAPIP mewakili pemerintah Indonesia dan CEKOP
mewakili pemerintah Polandia mengadakan kontrak kerjasama untuk
membangun pabrik pesawat terbang di Indonesia. Kontrak meliputi
pembangunan pabrik, pelatihan karyawan serta produksi di bawah lisensi
pesawat PZL-104 Wilga, lebih dikenal Gelatik. Pesawat yang diproduksi 44
unit ini kemudian digunakan untuk dukungan pertanian, angkut ringan dan
aero club.
Dalam kurun waktu
yang hampir bersamaan, tahun 1965 melalui SK Presiden RI - Presiden
Soekarno, didirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat Terbang
(KOPELAPIP) - yang intinya LAPIP - serta PN. Industri Pesawat Terbang
Berdikari.
Pada bulan Maret 1966, Nurtanio gugur ketika menjalankan
pengujian terbang, sehingga untuk menghormati jasa beliau maka LAPIP
menjadi LIPNUR / Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio. Dalam perkembangan
selanjutnya LIPNUR memproduksi pesawat terbang latih dasar LT-200,
serta membangun bengkel after-sales-service, maintenance, repair &
overhaul.
Pada tahun 1962,
berdasar SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan jurusan Teknik
Penerbangan ITB sebagai bagian dari Bagian Mesin. Pelopor pendidikan
tinggi Teknik Penerbangan adalah Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie. Kedua
tokoh ini adalah bagian dari program pengiriman siswa ke luar negeri
(Eropa dan Amerika) oleh Pemerintah RI yang berlangsung sejak tahun
1951. Usaha-usaha mendirikan industri pesawat terbang memang sudah
disiapkan sejak 1951, ketika sekelompok mahasiswa Indonesia dikirim ke
Belanda untuk belajar konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di
TH Delft atas perintah khusus Presiden RI pertama. Pengiriman ini
berlangsung hingga tahun 1954. Dilanjutkan tahun 1954 - 1958 dikirim
pula kelompok mahasiswa ke Jerman, dan antara tahun 1958 - 1962 ke
Cekoslowakia dan Rusia.
Perjalanan ini
bertaut dengan didirikannya Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang
(LAPIP) pada 1960, pendirian bIdang Studi Teknik Penerbangan di ITB pada
1962, dibentuknya DEPANRI (Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik
Indonesia) pada 1963. Kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya proyek
KOPELAPIP (Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Tebang) pada
Maret 1965. Bekerjasama dengan Fokker, KOPELAPIP tak lain merupakan
proyek pesawat terbang komersial. Sementara itu upaya-upaya lain untuk
merintis industri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera
Indonesia - B.J. Habibie - di luar negeri sejak tahun 1960an sampai
1970an. Sebelum ia dipanggil pulang ke Indonesia untuk mendapat tugas
yang lebih luas. Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan
Seminar Pembangunan I se-Eropa di Praha, salah satu adalah dibentuk
kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.
☆ GELATIK PZL-104
☆ PZL-Okecie PZL-104 Gelatik-C
Nurtanio Pringgoadisuryo, lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 - meninggal 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.
Pada tahun 1965
Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN.
Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada
tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan
PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR kependekan dari
Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio untuk menghormati kepeloporan
almarhum Nurtanio.
Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.
☆ IPTN
Industri pesawat
terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia
Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. DI
didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang
Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat
Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN
kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus
2000.
NC-212-100 -
Diproduksi di bawah lisensi dari CASA di Indonesia sejak 1976, PT. Dirgantara
Indonesia memproduksi 28 NC-212-100 sebelum beralih ke NC-212-200.
NBO 105 |
NBK 117 |
NBell 412 |
NAS 332 Super Puma |
CN-235 adalah
pesawat angkut jarak sedang dengan dua mesin turbo-prop. Pesawat ini
dikembangkan bersama-sama antara CASA di Spanyol and IPTN (sekarang PT
Dirgantara Indonesia) sebagai pesawat terbang regional dan angkut
militer. Versi militer CN-235 termasuk patroli maritim, surveillance dan
angkut pasukan.
Desain dan Pengembangan
CN-235 diluncurkan sebagai kerjasama antara CASA dan IPTN. Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan Airtech company untuk menjalankan program pembuatan CN-235. Desain dan produksi dibagi rata antara kedua perusahaan. Kerjasama hanya dilakukan pada versi 10 dan 100/110. Versi-versi berikutnya dikembangkan secara terpisah oleh masing-masing perusahaan.
Desain awal CN-235 dimulai pada Januari 1980, purnarupa pesawat terbang perdana pada 11 November 1983. Sertifikasi Spanyol dan Indonesia didapat pada tanggal 20 Juni 1986.
Pesawat produksi terbang pertama pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr 1986 sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal 1 Maret 1988.
Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang menjadi C-295
☆ CASA -CN-235-300
PT. Dirgantara Indonesia :
♥ CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.
♥ CN-235-110 :
Secara umum sama dengan seri 10, tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru, mempunyai sistem kelistrikan, peringatan dan lingkungan yang lebih maju dibanding seri 100 milik CASA.
♥ CN-235-220 :
Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengembangan aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan kemudi belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum (MTOW=Maximum Take Off Weight).
Desain dan Pengembangan
CN-235 diluncurkan sebagai kerjasama antara CASA dan IPTN. Kedua perusahaan ini membentuk perusahaan Airtech company untuk menjalankan program pembuatan CN-235. Desain dan produksi dibagi rata antara kedua perusahaan. Kerjasama hanya dilakukan pada versi 10 dan 100/110. Versi-versi berikutnya dikembangkan secara terpisah oleh masing-masing perusahaan.
Desain awal CN-235 dimulai pada Januari 1980, purnarupa pesawat terbang perdana pada 11 November 1983. Sertifikasi Spanyol dan Indonesia didapat pada tanggal 20 Juni 1986.
Pesawat produksi terbang pertama pada 19 August 1986. FAA type approval didapat pada tanggal 3 Desemebr 1986 sebelum akhirnya terbang pertama untuk pembeli pesawat pada tanggal 1 Maret 1988.
Pada tahun 1995, CASA meluncurkan CN-235 yang diperpanjang menjadi C-295
☆ CASA -CN-235-300
PT. Dirgantara Indonesia :
♥ CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.
♥ CN-235-110 :
Secara umum sama dengan seri 10, tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru, mempunyai sistem kelistrikan, peringatan dan lingkungan yang lebih maju dibanding seri 100 milik CASA.
♥ CN-235-220 :
Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengembangan aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan kemudi belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum (MTOW=Maximum Take Off Weight).
♥ CN-235 MPA :
Versi Patroli
Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi ( mulai
mendekati fase operasional dan hadir dalam singapore airshow 2008 ).
EADS CASA :
♠ CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A
♠ CN-235-100 :
Secara umum sama dengan seri 10 tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru.
♠ CN-235-220 :
Versi
Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang
lebih tinggi , pengembangan aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan
kemudi belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan
penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum.
☆ N-250
Pesawat N-250
adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang
PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang
berarti Nusantara
menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di
Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis
industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya
seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau
CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan
antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama
gatotkoco (Gatotkaca).
Pesawat
ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70
penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan
pada tahun 1995).
Menjadi bintang
pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya
pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah
mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi
biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional,
beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan
kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan
B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia
bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat
saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran
perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di
Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Performa Pesawat
Pesawat
ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan
perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang
dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan
ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop
50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya
jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan
yang akan menurunkan performa).
Berat dan Dimensi
* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)
Sejarah
Rencana
pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT
Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989.
Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di
dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat
pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10
Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses
pembuatan.
Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar