Jakarta - Anak sulung mantan Presiden Republik
Indonesia BJ Habibie, Ilham Habibie mempunyai ambisi untuk melanjutkan
impian ayahnya yakni memproduksi pesawat Regio Prop 80 (R80).
Seperti
diketahui, proyek pesawat N-250 yang dikomandani BJ Habibie dihentikan
oleh International Monetary Fund (IMF) pada 1998 akibat krisis ekonomi
yang melanda Indonesia.
Jadi bagaimana R80 dibangun, bagaimana prospeknya? Apakah pesawat R80 sama dengan N-250? Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Ilham ketika ditemui di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, akhir pekan lalu.
Apa bedanya Gatotkaca N-250 dari BJ Habibie dengan Regio Prop 80 dari seorang Ilham Habibie dan kawan-kawan?
Beda,
N-250 dengan R80 sangat berbeda sekali. Perbedaanya di antaranya dari
ukuran, R80 jauh lebih besar dari pada N-250, karena R80 memiliki daya
tampung hingga 80 kursi sementara N-250 hanya 50 kursi.
Sayap
pesawat jauh lebih besar dan panjang, karena ukurannya lebih besar jadi
diperlukan sayap yang besar untuk mengangkat beban. Landing Gear juga
jauh lebih besar dikarenakan badan pesawat lebih besar dari pada N-250.
Kemudian
teknologi kokpit, Aircraft flight control system juga berbeda, ya bisa
dibayangkan proyek N-250 dimulai sejak 15 tahun lalu tentunya teknologi
sekarang berubah, komputer saja berapa kali kita ganti, handphone sudah
berapa kali berubah, pastinya teknologi di pesawat N-250 dan R80 akan
jauh berbeda.
Namun ada sedikit persamaan antara N-250 dengan
R80, yakni sayap yang berada di atas badan pesawat, tetap menggunakan
baling-baling sebagai penggerak pesawat dan jika dibelah badan
pesawatnya lekukan atau konturnya hampir sama dengan N-250.
Anda
tetap mempertahankan mesin pesawat dengan baling-baling. Sebagian
masyarakat masih ragu menggunakan pesawat yang menggunakan
baling-baling?
Ya kita pakai baling-baling. Itu lah yang
sebenarnya, masyarakat harus banyak diberi penjelasan. Simpelnya saya
mau tanya, awalnya pesawat menggunakan baling-baling atau mesin jet?
baling-baling kan, ya secara teknologi baling-baling lebih matang, jika
matang artinya lebih aman dong, begitu cara berpikirnya.
Pesawat
sekarang banyak yang memakai mesin jet dikarenakan pesawat bermesin jet
memang dikhususkan untuk jarak jauh. Tapi sebenarnya antara mesin jet
dengan mesin baling-baling pada pesawat sama saja, tidak terlalu berbeda
karena mesinnya sama.
Kalau Jet namanya Turbo Jet, kalau
baling-baling namanya turbo prop. Jet lebih cepat karena dorongan jet
memang lebih cepat karena dihembuskan dari belakang namun konsekuensinya
konsumsi bahan bakar jauh lebih boros, bahkan sangat boros.
Mengapa anda memilih R80 tetap menggunakan baling-baling?
Pesawat
baling-baling didesain untuk jarak tempuh yang pendek. Mengapa? dengan
baling-baling konsumsi bahan bakar akan jauh lebih irit. Bandingkan jika
maskapai menggunakan pesawat jet untuk jarak pendek, waduh itu luar
biasa borosnya.
Selain itu melihat luasnya negara kita dari
Sabang-Marauke, yang terdiri banyak pulau dan jarak antara satu kota ke
kota lainnya cukup dekat jika menggunakan pesawat. Asal tahu saja, saat
ini semua maskapai sangat terbebani jika harga minyak (Avtur) naik,
mereka pusing tujuh keliling, kenapa? Karena konsumsi avtur mencapai 50%
lebih dari seluruh ongkos operasi.
Beberapa negara juga saat ini
menerapkan aturan, bahwa pesawat terbang harus irit bahan bakar, karena
ini menyangkut dengan emisi dan lingkungan hidup, banyak orang bilang
emisi di atas (pesawat) lebih berbahaya 8 kali bagi lapisan ozon dari
pada yang dari daratan. Bahkan perusahaan pesawat memang diwajibkan
produksi pesawat yang irit bahan bakar karena jika tidak mereka bisa
kena pinalti atau denda pajak yang sangat tinggi.
Dan R80 memang
didesain untuk jarak tempuh yang kurang dari 600 km atau jarak pendek.
Sehingga sudah pastinya R80 ini akan sangat irit bahan bakar. Makanya
maskapai seperti Citilink, Wingsair memilih rute-rute pendek dengan
menggunakan pesawat bermesin baling-baling seperti ATR.
Anda terkesan sangat ambisius untuk bisa memproduksi pesawat? Punyakah anda uang?
Ambisius? saya yakin masih banyak orang di Indonesia ini yang mempunyai semangat. Dirgantara dan saya salah satunya.
Uang?
saat ini dalam tahap awal diperlukan US$ 400 juta dolar. Tapi itu bukan
dana dari pribadi saja sendiri, ada beberapa modal dari beberapa
kalangan tetapi juga pribadi bukan dana perusahaan.
Dan nanti suatu saat, ketika perusahaan atau R80 ini berkembang dan memerlukan dana besar, kita bisa melepas saham ke publik.
Banyak
orang salah paham juga, bahwa perusahaan yang kami dirikan yakni PT
Ragio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan perusahaan gabungan dari
perusahaan miliknya yakni PT Ilthabie Rekatama dengan PT Eagle Cap
adalah perusahaan miik Erry Firmansyah yang merupakan mantan Dirut Bursa
Efek Indonesia (BEI) akan mendirikan pabrik pesawat menyaingi PT
Dirgantara Indonesia (DI).
Tidak, yang benar R80 akan produksi
menggunakan pabrik PT DI, dan nantinya PT DI juga akan menjadi salah
satu pemegang saham di PT RAI.
R80 nanti kelasnya di mana? Menyaingi Airbus, Boeing atau ATR?
Patokan
kita harus di atas ATR. Acuan kita pasarnya ATR, sama-sama menggunakan
baling-baling. Namun R80 akan di atas ATR, mengapa? Pertama kapasitas
penumpang kita akan lebih besar yakni 80 kursi sementara ATR maksimal
hanya 70 kursi, ATR sampai saat ini belum bisa memproduksi lebih dari 70
kursi.
Kelebihan R80 lagi dari pada ATR, mesin kita lebih cepat
namun lebih irit bahan bakar, tapi tidak lebih cepat dari pada jet,
karena kalau sama kecepatannya dengan jet artinya sangat boros bahan
bakar.
Jadi patokan R80 harus di atas ATR namun harganya jauh
lebih murah dari pada ATR. Lebih murah itu wajib karena produksi kita
ada di Indonesia, suku cadang juga dibuat di Indonesia.
Akankah
R80 ini bisa bersaing dengan produsen pesawat di dunia? Akankah laris
manis di pasar dalam negeri, tunggu pada 2018 nanti.
Ya target kami R80 sudah bisa produksi pada 2018 nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar